Penelaahan Alkitab , Oktober2025
Pemb.Alk. : 1 Korintus 15:56-58
PETUNJUK PENELAAHAN ALKITAB Dipersiapkan Oleh: Pdt. Dr. Welman Boba
Tema: Melawan Sengat Dosa dengan Kuasa Kristus
A. Teknis
Di setiap pelaksanaan PA (Penlaahan Alkitab) didahului dengan doa. Jika peserta penelaahan Alkitab yang hadir kurang dari 5 orang, tidak perlu dibagi kelompok. Sebaliknya, jika peserta antara 5-10 orang, perlu pembagian kelompok. Jumlah anggota dalam kelompok berkisar antara 3-4 orang. Untuk kehadiran antara 10 sampai 30 orang dibagi antara 5 -7 orang per kelompok. Untuk kehadiran antara 31 sampai 50 orang, peserta PA untuk satu kelompok berkisar antara 7 sampai 10 orang. Untuk peserta lebih dari 50 orang, peserta diskusi dapat dibagi untuk 3-5 orang yang duduk berdekatan, atau dapat disesuaikan dengan fasilitas pendukung yang ada.
B. Tata Penelaahan:
Pembukaan (5–10 menit): Sapa peserta, doa pembukaan.
Pembacaan Teks (5 menit): Baca 1 Korintus 15:56-58 bersama-sama
atau satu orang membacakan.
Pemahaman Teks (10–15 menit).
Diskusi Kelompok (20–30 menit): Fasilitator bisa mendorong diskusi
lebih dalam dengan pertanyaan reflektif.
Aplikasi dan Doa (10 menit): Ajak peserta menuliskan satu komitmen praktis. Doakan komitmen itu secara pribadi atau bersama-sama.
C. Materi Penelaahan
Perikop : 1 Korintus 15:56-58
1. Latar Belakang Historis
Kondisi sosial-politik di Korintus
Korintus pada abad pertama Masehi adalah pusat perdagangan penting dalam Kekaisaran Romawi. Letaknya di tanah genting (isthmus) membuatnya menjadi lokasi menumpuknya material perdagangan dan hadirnya semua orang dari berbagai latar belakang hidup, dari Timur dan Barat. Oleh karena itu, masyarakatnya sangat majemuk yang terdiri dari kaum kaya, pedagang, pekerja, budak, dan pelaut. Jemaat di Korintus hidup di tengah kondisi hidup persaingan sosial, budaya, serta ketidakpastian moral. Kondisi seperti ini biasanya memicu ketegangan sosial. Tidak sedikit persaingan, pengelompokkan, dan perebutan kehormatan. Konflik ini dapat dibaca dalam 1 Korintus pasal 1-4 dan 11. Karenanya harapan akan kebangkitan yang dicatat dalam pasal 15 menjadi pilihan bahwa yang menentukan bukanlah status sosial, melainkan sejauh mana manusia beroleh bagian dalam hidup kekal.
Secara geo politik, Korintus berada dalam wilayah kekuasaan Romawi (Colonia Laus Iulia Corinthiensis). Oleh karena itu, kekuasaan Romawi, hukum, dan militer membentuk kehidupan publik. Rasa aman dan tertib dijaga dengan kekuatan dan hukum. Di tengah karakter sosial ini rasul Paulus menegaskan bahwa Kristus lebih berkuasa dari hukum, dosa, dan maut (ay. 56).
Kondisi Budaya dan Agama (religi)
Masyarakat Korintus menganut pandangan hidup yang dipengaruhi oleh budaya Yunani-Romawi, terutama dalam memahami kematian dan kebangkitan. Pengaruh pandangan para Filsuf sangat kuat. Mereka yang terpengaruh dengan tradisi Platonis memahami jiwa dianggap abadi (baka) dan mulia, sedangkan tubuh sementara (fana) bahkan hina. Selain pengaruh Plato juga ada pengikut Epikure yang memahami tidak adanya kebangkitan karena itu bagi mereka kematian adalah akhir segalanya. Juga ada pengaruh ajaran Stoa yang memahami saat mati, jiwa kembali dalam logos kosmis. Tidak ada kebangkitan pribadi. Secara umum banyak orang menganggap bahwa kebangkitan tubuh itu, aneh dan tidak masuk akal. Oleh karena itu, Paulus perlu menegaskan realitas kebangkitan Kristus.
Sementara itu, tradisi Yahudi atau Yudaisme yakin akan kebangkitan (mis. Dan. 12:2). Juga adanya hubungan antara dosa–hukum–maut (ay. 56). Yudaisme menekankan bahwa hukum menyingkapkan dosa (Rm. 7) dan bahwa akibat dosa adalah maut (Kej. 3). Paulus menghubungkan warisan Yahudi dengan penafsiran kristologis: Kristus membawa kemenangan akhir. Sebagai pusat berbagai kultus (Aphrodite, Asklepios, Isis, juga kultus kaisar), maka persaingan religius tidak dapat dihindari. Semua agama melakukan ritual dan menawarkan jaminan keselamatan. Satu hal yang tidak dalam kuasa mereka ialah kematian. Mereka tidak dapat mengatasi maut. Oleh karena itu, Paulus menegaskan: hanya melalui Kristus ada kemenangan atas maut dan hukum.
Dimensi Teologis dan Praktis (1Kor 15:56–58)
Ayat 56: “Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.”
→ Maut digambarkan seperti kalajengking atau senjata, yang kekuatannya
berasal dari dosa. Hukum membuat dosa nyata dan menghukum manusia.
Ayat 57: “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”
→ Berbeda dengan arak-arakan kemenangan Romawi yang merayakan
kuasa manusia, Paulus berbicara tentang kemenangan semesta (kosmis)
dari Allah atas dosa dan maut melalui Kristus.
Ayat 58: “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan.”
→ Karena itulah maka tugas praktis kita ialah: di tengah ketidakpastian,
persaingan, dan tekanan religius, orang percaya dipanggil untuk tetap teguh dan aktif dalam pelayanan, sebab pekerjaan dalam Tuhan tidak sia-sia. Dalam 1 Korintus 15:56-58 Paulus menegaskan: kuasa dosa, hukum, dan maut sudah dikalahkan oleh Kristus. Oleh karena itu, jemaat dipanggil untuk berdiri teguh, hidup dalam pengharapan, dan giat melayani di tengah dunia yang rapuh.
2. Kajian Ayat per ayat
Ayat 56: Sengat maut adalah dosa. Kuasanya diperkuat oleh hukum Taurat, yang menyingkapkan dosa. To kentron – τὸ κέντρον yang diterjemahkan dengan sengat, arti harafiahnya adalah “duri beracun, benda dengan ujung tajam yang menusuk.“ Ini gambaran tentang kekuatan yang mematikan. He hamartia - ἡἁμαρτία artinya dosa yang olehnya duri beracun yang mematikan tumbuh. Dynamis - δύναμις sama dengan dinamo. Ini daya dari dalam. Arti harafiahnya adalah kekuasaan, daya/kekuatan. Bahwa hukum Taurat memprasyaratkan atau menawarkan kuasa dosa. Ho nomos - ὁ νόμος dalam kalimat ini berarti kumpulan keragaman hukum/aturan yang menyingkapkan dosa dan karena itu sekaligus telah menyatakan kekuasaannya (bdk. Rm. 7:7-13).
Ayat 57. Walaupun sengat dosa masih menguasai kita, tetapi Allah memberikan kemenangan kepada kita – bukan karena usaha kita, melainkan melalui Yesus Kristus.
Kharis - χάρις artinya syukur/anugerah. Dalam teks ini berarti “Syukur kepada Allah.“ Ini adalah formulasi liturgis. To nikos - τὸ νῖκος berarti “kemenangan.“ Dalam kalimat ini berarti kemenangan dari kematian dan dosa. Dia tou kurio hemoun Iesou Kristou - διὰ τοῦ κυρίου ἡμῶν Ἰησοῦ Χριστοῦ artinya wadah atau alat yang olehnya kemenangan diperoleh. Yang ditekankan di sini ialah bahwa Kristus sebagai “Perantara“ dan “Pemenang.“ Ayat 58: Kita dinasihatkan untuk tetap teguh dan tidak goyah, giat dalam pekerjaan Tuhan, sebab jerih lelah kita tidak sia-sia di dalam Tuhan. Howste
- Ὥστε artinya akibat yang diperoleh atau konsekuensi teologis. Hedraioi - ἑδραῖοι berarti keteguhan mendasar atau fondasi kokoh. Gambaran tentang fundamen yang stabil. Ametakinetoi - ἀμετακίνητοι berarti “stabil, tidak tergoyahkan, tangguh.“ Perissoiontes περισσεύοντες “melimpah, meluap“; aksi tindakan positif dalam pekerjaan Tuhan. Ho kopos ὁ κόπος artinya usaha, kerja. Termasuk di sini juga adalah kerja keras yang penuh derita. Ouk estin kenos - οὐκ ἔστιν κενός → bukan kosong atau tidak berguna, tetapi tetap menyimpan nilai atau arti di dalam Tuhan.
Fazit:
Seorang pelari maraton. Ia berlari kilometer demi kilometer, sering lelah dan hampir menyerah. Tapi saat mencapai garis akhir, setiap langkahnya berarti. Hidup iman kita juga kadang terasa berat. Namun Paulus mengingatkan: Di dalam Kristus kemenangan sudah ada, sehingga jerih payah kita tidak akan sia-sia!
3. Pertanyaan
Dosa yang berhubungan dengan kuasa maut, oleh rasul Paulus dianalogikan dengan sengat lebah. Serangga kecil dengan sengat beracun, sehingga sangat berbahaya. Ia tidak hanya menyakitkan, tetapi juga mematikan. Rasul Paulus memakai gambaran ini untuk menjelaskan kuasa maut atau kematian. Suatu kekuatan yang tidak dapat dilawan oleh manusia. Karena kematian itu datang bersamaan dengan hadirnya manusia sejak dari rahim ibu. Namun rasul Paulus selanjutnya bersaksi bahwa sengat maut atau dosa itu sudah dicabut!
Pertanyaan awal:
“sengat” adalah duri tajam beracun yang menusuk. Apa saja dalam
hidupmu yang dapat dikategorikan sebagai “sengat“ yang sering
membuatmu lemah, menakutkan bahkan mematikan. Pertanyaan berikut:
1. Apa artinya bagi kita saat ini untuk tetap “teguh dan tidak goyah” dalam
iman?
2. Dalam hal apa kita merasa lelah atau jerih payah kita
3. Bagaimana kemenangan Kristus mengubah cara kita memandang kematian dan kehidupan sehari-hari?
4. Catatan Penutup
Sampai sekarang hidup manusia masih berada dalam kuasa dosa dan kematian. Hukum Taurat membuka manusia untuk melihat apa itu dosa yang berakibat kematian atau maut.
Melalui hidup, pelayanan, kematian dan kebangkitan-Nya Yesus telah menang mengalahkan dosa dan maut. Atas dasar ini, maka iman bukan keberadaan pasif, melainkan aktif dan menuntun kepada pelayanan dan aktivitas tetap di dalam pekerjaan Tuhan. Oleh kenyataan tersebut, maka setiap Kristen diberikan kepastian masa depan (eskatologis) bahwa setiap usaha, jerih lelah yang berlangsung di dalam Tuhan tidak akan pernah sia- sia karena usaha itu berada dalam wilayah kenyataan kekekalan yang dari Tuhan.
Orang beriman memang sekarang ini berada dalam ancaman penderitaan, dosa, dan kefanaan. Tetapi kemenangan Kristus memotivasi aktivitas kita di dalam jemaat untuk melakukan pelayanan diakonia, kesaksian, dan kehidupan bersekutu. Tidak ada usaha yang dikerjakan dalam Tuhan yang sia-sia.
Doa :
“Ya Allah, terima kasih atas kemenangan yang Engkau berikan melalui Yesus Kristus. Kuatkan kami agar tetap teguh, dan pakailah setiap jerih lelah kami untuk kemuliaan-Mu. Amin.”